Proses UI/UX Design 1 – UX Research

 

   

UX Research:  adalah Fondasi Awal dalam Desain UI/UX yang Bermakna

 

Dalam dunia desain digital, sering kali kita terlalu cepat ingin menciptakan solusi—desain tampilan yang menarik, fitur canggih, atau animasi keren—tanpa benar-benar memahami siapa pengguna kita dan apa yang mereka alami.

UX Research adalah langkah pertama dan paling penting dalam proses UI/UX Design. Ia bukan hanya tentang mengumpulkan data, tetapi tentang memahami manusia di balik layar—kebutuhan mereka, kebiasaan mereka, bahkan frustrasi kecil yang bisa mengubah pengalaman menjadi buruk.

Artikel ini akan membahas alur lengkap UX Research secara profesional namun tetap mudah dipahami siapa pun, termasuk kamu yang baru memulai di bidang desain ui ux.

 

1. Identifikasi Masalah

Semua produk besar dimulai dari pertanyaan sederhana:
"Masalah apa yang ingin kita selesaikan?"

Studi Kasus:

Produk: Website belajar online
Gejala: Banyak pengguna keluar sebelum menyelesaikan pendaftaran.
Masalah: Tingkat konversi sangat rendah di halaman registrasi.

Identifikasi masalah ini bukan hanya untuk memperbaiki desain, tapi untuk menyelaraskan tim desainer, developer, hingga stakeholder dalam memahami fokus yang sama.

 

2. Hipotesis Awal

Sebelum mulai riset, kita buat dugaan awal (hipotesis) tentang kemungkinan penyebab masalah.

Hipotesis:
"Pengguna keluar karena proses registrasi terlalu panjang dan membingungkan."

Hipotesis ini bukan kesimpulan. Ia akan diuji dan bisa terbukti benar, salah, atau hanya sebagian benar.

 

 

3. Metode Riset UX

Langkah berikutnya adalah mencari data nyata dari pengguna. Ada tiga pendekatan utama:

 

a. Interview Pengguna

Wawancara 1-on-1 membuka cerita pengguna secara mendalam. Kita menggali pengalaman, perasaan, hingga motivasi mereka saat menggunakan produk.

Contoh pertanyaan:

  • Ceritakan bagaimana pengalaman Anda saat pertama kali mencoba mendaftar.

  • Apa yang membuat Anda merasa bingung atau ragu?

Wawancara ini cocok dilakukan secara langsung atau online (Zoom, Google Meet).

 

 

b. Survei Pengguna

Metode ini lebih kuantitatif. Kita bisa menyebar formulir online untuk menjangkau puluhan bahkan ratusan responden.

Data yang perlu dikumpulkan:

  • Usia dan gender

  • Pendidikan atau pekerjaan

  • Lokasi (kota atau pedesaan?)

  • Seberapa sering menggunakan produk digital serupa

  • Apa tantangan mereka saat mendaftar?

Dengan survei, kita bisa melihat pola dari banyak pengguna sekaligus.

 

c. Observasi Langsung

Ini adalah proses melihat pengguna saat menggunakan produk. Bisa dalam bentuk usability testing atau sekadar mencatat tindakan mereka.

Tujuan:
Mengamati bagian mana yang membingungkan, proses mana yang sering mereka ulang, atau bahkan kapan mereka terlihat ragu.

 

 

4. Analisis Temuan

Setelah data terkumpul, saatnya menganalisis:

  • Apa yang paling sering disebutkan pengguna?

  • Apakah ada pola umum?

  • Bagian mana yang memicu frustrasi atau kebingungan?

Contohnya:

65% pengguna berhenti di langkah ke-3 karena diminta memasukkan data yang belum mereka pahami.
Tombol “lanjut” terlalu kecil dan tersembunyi di bawah fold layar.

 

5. Menyimpulkan

Dari analisis di atas, kita menyimpulkan:

  • Registrasi perlu disederhanakan menjadi 2 langkah saja.

  • Perlu penjelasan singkat di bagian input yang sering membingungkan.

  • Perlu optimasi tampilan tombol aksi agar lebih terlihat.

Kesimpulan ini akan dijadikan dasar dalam sesi design solution.

 

 

6. Membuat Customer Persona

Persona membantu tim melihat pengguna bukan sekadar angka, tapi sebagai manusia nyata.

Contoh Persona:

👩 Nama: Nisa (22 tahun)
📍 Tinggal di Semarang
📚 Mahasiswa semester akhir
💻 Aktif mencari kursus online
😩 Tantangan: Cepat bosan, tidak sabar jika terlalu banyak langkah
💡 Butuh: Akses cepat, proses simpel, dan tampilan mobile-friendly

Dengan persona ini, desain tidak lagi berdasarkan asumsi.

 

 

7. Survey Kompetitor

Agar solusi kita tidak sekadar “cukup bagus”, kita perlu tahu standar industri:

  • Apa yang dilakukan aplikasi belajar lain saat onboarding?

  • Bagaimana flow registrasi di platform populer seperti Duolingo atau Ruangguru?

  • Apa yang bisa kita pelajari dari kekuatan dan kelemahan mereka?

UX yang baik tidak selalu harus unik. Kadang mengikuti standar yang familiar justru lebih baik.

8. Finalisasi Insight UX

Dari semua proses riset, kita rangkum insight penting dalam bentuk:

  • Pain Points (Masalah pengguna)

  • Needs (Kebutuhan mereka)

  • Behavior (Kebiasaan dan pola penggunaan)

  • Rekomendasi desain

Dokumen inilah yang jadi dasar saat tim UI Design mulai bekerja.



UX Research adalah pondasi dari segala proses desain digital yang baik. Tanpanya, desain hanya akan jadi karya indah yang tidak pernah dipakai.

Dengan memahami pengguna, mendengarkan mereka, dan menganalisis kebiasaan mereka, kita membangun produk yang bukan hanya berfungsi, tapi berarti.

Desain bukan tentang terlihat keren. Desain adalah tentang memecahkan masalah manusia.


Ditulis oleh:
[gimas nur alamsah 

asisten 

chatgpt  

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ethical hacking part 14 membuat malware Trojan

ethical hacking part 3 reconnaissance & information gethering

membuat Desain Grafis dari HP dan Cara menjual Karya Desainmu